Sabtu, 22 Juni 2013

register geser






I.       PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Register geser adalah salah satu jenis rangkaian logika sekuensial dalam system digital, sebagian besar penyimpanan dari data digital menggunakan metode ini. Register geser adalah suatu kelompok flip-flop yang dihubungkan dalam satu rantai sehingga output flip-flop menjadi input flip-flop selanjutnya. Kebanyakan register tidak mempunyai sekuensi nternal karakteristik dari keadaan. Semua flip-flop dikendalikan dengan clock pada umumnya dan semuanya me-set atau reset dengan simultan. Register geser digunakan untuk mencatat data yang masuk secara berurutan.  Dalam percobaan ini, percobaan yang akan dilakukan seperti Serial In-Serial Out, serial In-Serial Out, parallel In-Serial Out, Parallel In-Parallel Out and bidirectional shift registers (register geser dua arah).



B.  Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini ialah praktikan dapat mengetahui fungsi rangkaian register geser dan berbagai kombinasinya.













II.         TINJAUAN PUSTAKA


A.  Register Geser
Serial In-Serial Out
Dasar register geser empat-bit dapat dirangakai dengan menggunakan empat D flip-flop, seperti yang diperlihatkan di bawah. Pengoprasian rangkaian terlihat seperti yang dijelaskan berikut. Pertama-tama register di-clear, memaksa keempat output bernilai nol. Input data kemudian diterapkan secara sekuensial dengan D input dari flip-flop yang pertama di kiri (FF0). Selama pulsa clock, satu bit ditransmisikan dari kiri ke kanan. Menerima suatu kata data menjadi 1001. Least significant bit (LSB) data telah digeser lewat register dari FF0 ke FF3.
Gambar 1. Register Geser SISO
Dalam penerimaan untuk mendapat data keluar dari register, mereka harus digeser keluar dengan serial. Ini dapat dilakukan dengan merusak atau tidak merusak. Jika merusak output susunan yang dapat dibaca (destructive readout), data asli hilang dan pada akhir putaran data, semua flip-flop di-reset pada nol.
Serial In -Parallel Out (SIPO)
Dari jenis register ini, bit-bit data dimasukan secara serial sama artinya seperti yang didiskusikan dalam seksi terakhir.Perbedaanya adalah cara dimana bit-bit data dipindahkan dari register. Sekali data disimpan, setiap bit muncul pada masing-masing baris keluarannya, dan semua bit-bitnya mampu secara simultan. Sebuah susunan empat-bit register SIPO diperlihatkan di bawah ini.
Gambar 2. Susunan empat-bit SIPO
Parallel In – Serial Out (PISO)
Suatu register geser  Parallel In – Serial Out diperlihatkan dibawah. Rangkaian ini menggunakan D flip-flop dan gerbang NAND utuk memasukan data (dengan kata lain menulis) pada register.
Gambar 3. Susunan Register PISO
D0, D1, D2 dan D3 adalah paralel input, dimana D0 adalah most significant bit (MSB) dan D3 adalah least significant bit (LSB). Untuk menulis data masuk, baris pengontrolan mode diambil pada rendah dan data di-clock masuk. Data dapat digeser saat baris kontrol mode tinggi bersamaan SHIFT aktif tinggi. Register menampilkan operasi geser kanan pada aplikasi satu pulsa clock.
Parallel In -Parallel Out (PIPO)
Untuk register Parallel In – Parallel Out, semua bit-bit data muncuk pada keluaran-keluaran paralel secara mendadak mengikuti masukan yang simultan dari bit-bit data. Rangkaian ini dibangun dengan D  flip-flop.
Gambar 4. Susunan Register PIPO

Masukan-masukan D dan keluaran Q adalah paralel. Sekali register di-clock, semua data di D input muncul pada keluaran Q yang berhubungan secara simultan (Anonim A, 2013).
B.  Aplikasi Register Geser
Register biner dasar merupakan sekelomok flip-flop (atau elemen biner lainnya) yang digunakan untuk menyimpan informasi biner. Informasi dapat digeser ke dalam register baik dengan cara seri maupun paralel. Metode pararel jauh lebih cepat namun membutuhkan lebih banyak perangkat keras. Informasi yang tersimpan dalam suatu register data digeser ke kiri atau kanan, dan hal ini berkaitan dengan perkalian atau pembagian biner dengan 2. Kapasitas register harus diperhitungkan selama operasi geser kanan dan geser kiri. Sangat mudah ula untuk memperbolehkan komplemen informasi yang tersimpan dalam register.

Catu-balik langsung ada register geser dasar mengarah keada pembentukan pencacah lingkar. Pencacah ini sangat berguna untuk mengembangkan bentuk-bentuk gelombang pengendali. Catu balik gandengan silang pada register dasar mengarah kepada pembentukan pencacah geser. Pencacah geser bermodulus berapapun dapat dibentuk dengan mengambil catu-balik dari flip-flop yang sesuai. Pencacah geser memiliki keuntungan besar yakni pendekodeannya yang sederhana. Namun demikian, jenis pencacah ini memiliki keadaaan-keadaan yang tidak diinginkan, dan keadaan-keadaan ini harus diperhitungkan dalam erancangan pencacah yang bersangkutan.
 Salah satu jenis pencacah, yaitu pencacah maju/mundur sangat berguna dalam penerapan-penerapan seperti voltmeter digital serta pengubah analog. Jam digital merupakan suatu penerapan menaik yang menggambarkan sebagian diantara metode-metode penggunaan pencacah dan decoder (Anonim B, 2013).

Register geser (shift register) merupakan salah satu piranti fungsional yang banyak digunakan dalam sistem digital. Tampilan pada layar kalkulator dimana angka bergeser ke kiri setiap kali ada angka baru yang diinputkan menggambarkan karakteristik register geser tersebut. Register geser ini terbangun dari flip-flop. Register geser dapat digunakan sebagai memori sementara, dan data yang tersimpan didalamnya dapat digeser ke kiri atau ke kanan. Register geser juga dapat digunakan untuk mengubah data seri ke paralel atau data paralel ke seri (Anonim C, 2013).
















III.        PROSEDUR PERCOBAAN


A.  Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai beikut:
1.      Sumber tegangan 5 volt DC
2.      Kabel kawat tunggal
3.      Protoboard
4.      Lampu led
5.      IC 74LS138 dan data sheet

B.  Prosedur Percobaan
a.       Serial In-Serial Out
1.      Menghubungkan jalur S1 dan S0 dengan masukan  saklar (beri logika 0 untuk S1 dan logika 1 untuk S0) menjadi mode shift register (geser kanan)
2.      Menghubungkan jalur QD dengan penampil LED sebagai keluarn serial
3.      Menghubungkan jalur Ser dengan saklar biner sebagai masukan serial
4.      Memberi data pada Ser diikuti dengn penekanan tombol clock (memcatat data tersebut)
5.      Mengulangi langkah 4 sebanyak delapan kali
6.      Mengamati tampilan LED biner diikuti denga penekanan tombol clock

b.      Paralel In-Paralel Out
1.      Menghubungkan jalur S1 dan S0 dengan masukan saklar (member logika 1 untuk S1 dan logika 1 untuk S0) menjadi mode parallel in
2.      Menghubungkan jalur QA sampai QD dengan penampil LED sebagai keluaran parallel
3.      Menghubungkan jalur A sampai H dengan saklar biner sebagai masukan parallel (mencatat data tersebut)

































IV.             HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A.  Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan SISO
Input serial Ser                Output Serial (QD)
1 0 1 0                                  1 0 1 0
0 0 1 1                                   0 1 0 1
1 1 0 0                                   1 0 1 0
0 1 0 1                                   0 1 0 1

Tabel 2. Hasil Pengamatan PIPO
Input Paralel                Output Paralel  (QA..QD)
1 0 1 0                                  1 0 1 0
0 0 1 1                                   0 0 1 1
1 1 0 0                                   1 1 0 0
0 1 0 1                                   0 1 0 1

B.  Pembahasan
Pada percobaan ini untuk percobaan Serial In-Serial Out ialah menghubungkan jalur S1 dan S0 dengan logika 1 dan 0, dimana IC yang digunakan tipe 74194,  kaki S1 dan S0 di pin 10 dan 9 IC sedangkan Gnd di pin 8 dan Vcc di pin 16, untuk menghidupkan register ialah dengan diclock untuk memberikan sinyal pulsa pada IC dan Ser untuk memberikan data serial yang akan digeser ke kanan, untuk mengetahui rangkaian berhasil atau tidak diberi LED pada jalur QD di pin 12 sebagai indikator keluaran. Pada percobaan Paralel In-Paralel Out hal yang sama seperti percobaan sebelumnya yaitu meghubungkan jalur S1 dan S0 dengan logika 1, kemudian untuk penampil LED dihubungkan pada pin QA sampai QD sebagai keluaran paralel, menghubungkan jalur A sampai H dengan saklar biner sebagai masukan paralel .

Untuk percobaan yang dilakukan kali ini, tidak sesuai dengan teori yang telah ada sebelumnya. Pada saat percobaan SISO hasil yang didapatkan ialah LED hanya sebentar menyala dan ketika digeser—geser kekanan juga tidak menunjukkan hasil. Kemudian untuk percobaan PIPO LED berhasil menyala namun tidak sesuai yang diharapkan dan tidak sesuai dengan teori dimana hasil yang  didapatkan LED menyala 3 dan satu tidak menyala,, kalau sesuai dengan teori seharusnya LED yang menyala mengkuti tabel pengamatan yaitu 1 0 1 0, namun hasil yang didapatkan 1 1 1 0. Kesalahan ini biasanya dikarenakan protoboard yang rusak dan kabel penghubung yang tidak mencapai dasar protoboard sehingga menyebabkan hasil percobaan yang kurang maksimal dan tidak sesuai teori.

Untuk percobaan SISO hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 1. Dimana Output atau logika yang dihasilkan bersesuaian dengan input sebelumnya. Pada saat clock ditekan maka akan menghasilkan logika 1 dan ketika cock dihubungkan dengan ground menghasilkan logika 0. Untuk SISO logika digeser kekanan sesuai dengan logika sebelumnya dikarenakan serial ialah untuk memasukan data secara berurutan namun satu persatu. Pada saat input 1 0 1 0 outpunya 1 0 1 0 dan ketika input 1 1 0 0 maka outputnya 1 0 1 0 sesuai dengan pergeserannya. Kemudian untuk PIPO hasil pengamtan dapat dilihat pada tabel 2. Output atau logika yang dihasilkan bersesuian dengan input sebelumnya. Berbeda dengan SISO untuk S1 dan S0 pada PIPO diberi logika 1 semua karena bit-bit data muncul pada keluaran-keluaran paralel secara mendadak mengikuti masukan yang simultan dari bit-bit data. Logika satu terjadi jika clock dihubungkan dan logika 0 jika clock tidak dihubungkan. Untuk PIPO logika akan berpindah atau keluar sesuai dengan logika sebelumnya karena parallel tidak seperti serial yang satu persatu, untuk parallel data yang keluar langsung semuanya seperti pada tabel pengamatan ketika data 1 0 1 0 maka outputnya juga akan 1 0 1 0 .

IC register  geser yang digunakan dalam percobaan ini ialah jenis SN 74LS194 yang mempunyai input serial maupun paralel (4-bit), dengan output paralel (4-bit). Register geser dengan menggunakan IC ini dapat digunakan untuk operasi pergeseran ke kiri atau untuk operasi pergeseran ke kanan. IC ini  memiliki jalur-jalur utama yang sering digunakan. Jalur-jalur ini seperti jalur Clear digunakan untuk mereset keluaran atau output paralel. Kemudian jalur Mode S1 dan S0 digunanakan untuk mengendalikan operasi pergeseran, jalur clock digunakan untuk memberikan sinyal pulsa, jalur serial left (SEl) digunakan untuk memberikan data serial terhadap data yang akan digeser ke kiri, jalur serial right (SEr) digunakan untuk memberikan data serial terhadap data yang akan digseser ke kanan, jalur paralel input (A-D) digunakan untuk memberikan data masukan paralel terhadap register dan jalur paralel output (QA-QD) merupakan jalur keluaran dari register (8-bit paralel)


























V.         KESIMPULAN


Dari pembahasan dan percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.      Untuk percobaan yang dilakukan kali ini, tidak sesuai dengan teori yang telah ada sebelumnya
2.      Register geser dengan menggunakan IC ini dapat digunakan untuk operasi pergeseran ke kiri atau untuk operasi pergeseran ke kanan
3.      Logika 1 jika clock dihubungkan ke Vcc dan logika 0 jika clock dihubungkan dengan ground
4.      Register serial data dimasukan secara berurutan dan satu persatu, sedangkan register paralel data dimasukan secara bersamaan dan sekaligus.



















DAFTAR PUSTAKA


Anonim, A.2013. http://ngebir.blogspot.com/2011/05/register-geser.html.register geser . Diunggah pada Tanggal 05 Mei 2013 pukul 20.00 WIB.

Anonim, B.2013. http://vryukbrook.wordpress.com/2010/05/17/341/. Register Geser | WebeDw. Diunggah pada Tanggal 05 Mei 2013 pukul 20.00 WIB.

Anonin, C.2013. http://www.itechgraph.com/blog/tag/register-geser/. Register Geser | ITechGraph.Com. Diunggah pada Tanggal 05 Mei 2013 pukul 20.00 WIB.


Sabtu, 12 Januari 2013

artikel ilmiah



Tugas artikel ilmiah program diklat Bidik Misi Fakultas MIPA UNILA

Oleh
Defi Setiawati
1017041025


REALISASI DAN ANALISIS VARIASI UKURAN LOGAM ALUMINIUM SEBAGAI ELEKTRODA INSTRUMEN PENGUKUR SALINITAS GARAM BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16


Fikri Sumendar

Jurusan Fisika Universitas Lampung
Jl.Prof Soemantri Brojonegoro No 1 Bandar Lampung,


Abstrak

Telah dilakukan penelitian yang berjudul realisasi dan analisis variasi ukuran logam aluminium sebagai elektroda instrumen pengukur salinitas garam berbasis mikrokontroler ATMega16. Tujuan penelitian adalah merealisasikan instrumen pengukur salinitas garam pada larutan NaCl, menampilkan hasil pengukuran pada LCD dan menganalisis data hasil pengukuran dan mengaplikasikan mikrokontroler ATMega16 sebagai bagian sistem akuisisi data. Penelitian ini kami menggunakan elektroda Aluminium sebagai sel konduktivitas. Tegangan keluaran dari pengkondisi sinyal dikonversi menjadi data digital oleh ADC yang terdapat pada mikrokontroler dan ditampilkan pada LCD. Sampel yang digunakan adalah larutan garam, dengan penambahan massa garam 0,25 gram – 1 gram dan variasi ukuran luas permukaan 0,25 cm2 – 4 cm2 dan jarak 1 mm – 10 mm. Setiap pengukuran dengan variasi ukuran luas permukaan dan jarak maka hasil yang didapat juga bervariasi nilainya.


Kata kunci: Larutan NaCl, Variasi Ukuran, Mikrokontroler ATMega16  


Bab 1. Pendahuluan

Suatu benda bila dialiri listrik maka benda tersebut akan memiliki muatan listrik. Pada setiap titik di sekitar benda yang bermuatan listrik terdapat suatu medan listrik. Medan listrik di sekitar muatan listrik positif akan menjauhi muatan tersebut, sedangkan di sekitar muatan listrik negatif arah medan menuju muatannya. Salah satu instrumentasi untuk menghasilkan medan listrik adalah kapasitor plat sejajar yang diletakkan terpisah secara sejajar. Untuk menghasilkan suatu medan listrik yang lebih kuat, maka jarak antar plat harus dibuat lebih kecil daripada luas plat (Wangsness, 1986).

Kemampuan kapasitor dalam menyimpan suatu muatan listrik disebut kapasitansi. Pada umumnya, nilai kapasitansi sebuah kapasitor ditentukan oleh bahan dielektrik yang digunakan. Air merupakan salah satu bahan dielektrik yang apabila diletakkan diantara dua plat kapasitor keping sejajar akan mempengaruhi nilai kapasitansi dari kapasitor tersebut.

Salinitas merupakan salah satu parameter fisika yang harus dipantau untuk menjaga kualitas air tambak. Untuk itu diperlukan suatu alat ukur salinitas. Salinitas adalah konsentrasi semua ion-ion terlarut dalam air dan dinyatakan dalam mg per liter (ppm). Salinitas berhubungan erat dengan konduktivitas dan tekanan osmotik air. Pada kebanyakan peralatan yang ada saat ini, pengukuran harga salinitas dilakukan berdasarkan pada hasil pengukuran kemampuan larutan untuk membawa arus listrik. Konduktivitas dari larutan bergantung pada jumlah ion dan mobilitas ion di dalam larutan. Kekuatan konduktivitas larutan dinyatakan melalui pergerakan ion-ion di dalam medan listrik. Jika jumlah ion meningkat, maka aliran arus di dalam larutan juga meningkat (Kuswandi,2001).
Rangkaian-rangkaian jembatan dipakai secara luas untuk pengukuran nilai komponen seperti tahanan, induktansi atau kapasitansi. Rangkaian ini juga dipakai oleh parameter rangkaian lainnya, yang diturunkan secara langsung dari nilai komponen seperti frekuensi, sudut fase dan temperature. Rangkaian jembatan hanya membandingkan nilai komponen yang diketahui dengan komponen yang tidak diketahui secara tepat dan biasanya jembatan Wheatstone dikenal untuk pengukuran tahanan DC. Mikrokontroler sebagai suatu terobosan teknologi mikroprosessor, hadir memenuhi kebutuhan pasar dan teknologi baru. Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor  yang lebih banyak, namun hanya membutuhkan ruang yang kecil serta diproduksi secara massal yang membuat harganya lebih murah (dibandingkan mikroprosesor).


Bab II. Pembahasan

A.      Hasil

Pada penelitian ini aquades dianggap memiliki 1 kilogram aquades sama dengan 1 liter. Pengukuran salinitas garam dengan menggunakan alat hasil rancangan, menghasilkan data yang ditunjukkan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Pengujian alat hasil rancangan pada sampel larutan garam dengan massa garam 0,25 gram dan luas permukaan 0,75 cm2
No
Massa Garam
Konsentrasi larutan
Luas Permukaan (A)
Jarak
(d)
Tegangan
Salinitas
(gram)
(%massa)
(cm²)
(mm)
(volt)

1
0,25
0,025
0,75
1
0,59
20,65
2
0,25
0,025
0,75
2
0,67
45,40
3
0,25
0,025
0,75
3
0,86
89,09
4
0,25
0,025
0,75
4
0,93
127,66
5
0,25
0,025
0,75
5
1,01
173,23
6
0,25
0,025
0,75
6
1,14
235,52
7
0,25
0,025
0,75
7
1,18
284,33
8
0,25
0,025
0,75
8
1,16
318,12
9
0,25
0,025
0,75
9
1,24
382,46
10
0,25
0,025
0,75
10
1,27
438,67
Tabel 14. Pengujian alat hasil rancangan pada sampel larutan garam dengan massa garam 0,25 gram dan luas permukaan 1 cm2.
No
Massa Garam
Konsentrasi larutan
Luas Permukaan
(A)
    Jarak
      (d)
Tegangan
Salinitas
(gram)
(%massa)
(cm²)
(mm)
(volt)

1
0,25
0,025
1
1
0,36
9,47
2
0,25
0,025
1
2
0,32
16,64
3
0,25
0,025
1
3
0,52
39,55
4
0,25
0,025
1
4
0,58
59,90
5
0,25
0,025
1
5
0,59
76,16
6
0,25
0,025
1
6
0,62
97,54
7
0,25
0,025
1
7
0,66
120,06
8
0,25
0,025
1
8
0,66
138,24
9
0,25
0,025
1
9
0,71
164,74
10
0,25
0,025
1
10
0,80
202,52

B.       Pembahasan
1.        Perangkat Keras
a.         Catu Daya

Rangkaian catu daya pada hasil rancangan ini terdiri atas baterai 9 volt, dioda, kapasitor, dan Integrated Circuit (IC)  regulator. Baterai yang digunakan adalah baterai 9 volt yang akan diturunkan tegangannya menjadi 5 volt. Cara menurunkan tegangan 9 volt menjadi 5 volt adalah dengan menambahkan rangkaian dioda pada kutub positif baterai yang akan menjadi tegangan maju dan  disalurkan ke kapasitor 100 uF/25 volt sebagai permurnian dan diteruskan ke IC regulator. IC regulator yang digunakan adalah LM7805CT yang akan menghasilkan tegangan keluaran sebesar 5 volt. Dalam hal ini alat hasil rancangan menggunakan tegangan sebesar 5 VDC.

b.    Sel Konduktivitas
Rangkaian sel konduktivitas digunakan untuk mendeteksi keadaan fisis berupa resistansi air yang diteruskan ke jembatan wheatstone kemudian akan menghasilkan keluaran tegangan. Sel konduktivitas terdiri atas dua buah plat aluminium dengan variasi ukuran luas permukaan dan jarak sebagai elektroda. Elektroda aluminium dibuat dengan luasan 0,25 cm2 sampai dengan 4 cm2 dan jarak 1 mm sampai dengan 10 mm. ketika elektroda dicelupkan ke dalam air maka elektroda dengan tegangan positif akan menarik ion-ion negatif pada air, sebaliknya elektroda dengan tegangan negative akan menarik ion-ion positif air. Pada penelitian ini elektroda yang digunakan terbuat dari bahan aluminium (Al).

c.         Pengkondisi Sinyal dengan Jembatan Wheatstone

Prinsip jembatan wheatstone digunakan untuk mengukur resistansi secara teliti dan banyak digunakan sebagai alat ukur (Fitzgerald, 1993). Jembatan wheatstone merupakan rangkaian untuk pengukuran tahanan DC yang dapat menghasilkan nilai tahanan yang lebih presisi (Cooper, 1999). Dalam penelitian ini, jembatan wheatstone berfungsi untuk mengetahui perubahan resistansi pada elektroda ketika dicelupkan ke air sampel sehingga diketahui setiap perubahan tegangan akibat pengaruh sampel pada sel konduktivitas. Jembatan wheatstone terdiri dari R1, R4, dan R2 sebagai set point yang bisa diatur variable tahanannya dengan nilai resistansi 1K Ω untuk menyeimbangkan rangkaian jembatan wheatstone yang akan dicelupkan ke dalam air sampel. Pada pengkondisi sinyal hasil rancangan ini tidak menggunakan Op-Amp karena hasil pengukuran resistansi dari air sampel telah menghasilkan tegangan dalam ukuran volt.

d.        Mikrokontroler ATMega16

Mikrokontroler ATMega16 berfungsi sebagai pengendali dan menerima proses pembacaan data. Data yang diterima dari jembatan wheatstone berupa tegangan analog. Untuk bisa digunakan dalam mikrokontroler ATMega16 data berupa analog diterima melalui port A pada mikrokontroler ATMega16. Port A pada mikrokontroler ATMega16 berfungsi sebagai ADC (Analoge to Digital Converter) jadi pada mikrokontroler ATMega16 ini tidak memerlukan rangkaian tambahan berupa IC ADC0804 yang banyak digunakan pada umumnya. Di samping itu mikrokontroler ATmega16 juga berfungsi sebagai perintah yang mengatur proses tampilan LCD dan masukan Keypad 4x4. Bahasa yang digunakan untuk pemrograman mikrokontroler ATMega16 adalah bahasa C.

e.         LCD   

Liquid Crystal Display (LCD) difungsikan sebagai tampilan visual yang akan memberikan informasi kualitas air dalam hal ini adalah salinitas. Tampilan yang akan diinformasikan berupa angka decimal yang menunjukkan nilai salinitas. Pada aplikasi ini penyambungan LCD dengan mikrokontroler ATMega16 adalah menghubungkan kaki pin 1 pada LCD ke ground, kaki pin 2 pada LCD ke VCC, kaki pin 3 pada LCD ke VCC, kaki pin 4 pada LCD ke port B.0 pada mikrokontroler ATMega16, kaki pin 5 pada LCD ke port B.1 pada mikrokontroler ATMega16, kaki pin 6 pada LCD ke port B.2 pada mikrokontroler ATMega16, kaki pin 11 pada LCD ke port B.4 pada mikrokontroler ATMega16, kaki pin 12 pada LCD ke port B.5 pada mikrokontroler ATMega16, kaki pin 13 pada LCD ke port B.6 pada mikrokontroler ATMega16 dan kaki pin 14 pada LCD ke port B.7 pada mikrokontroler ATMega16.

f.         Keypad 4x4

Keypad sering digunakan sebagai suatu input pada beberapa peralatan yang berbasis mikroprosessor atau mikrokontroler (Heryanto et al, 2008). Keypad sesungguhnya terdiri dari sejumlah saklar yang terhubung sebagai baris dan kolom. Pada aplikasi ini keypad 4x4 berhubungan langsung dengan port C pada mikrokontroler ATMega16.

g.        Kinerja Rangkaian Secara Keseluruhan

Pada penelitian ini telah dibuat suatu alat ukur salinitas garam menggunakan logam aluminium sebagai elektroda instrumen berbasis mikrokontroler ATMega16. Sel konduktivitas merupakan dua buah elektroda yang terbuat dari plat aluminium dengan luasan dan jarak yang bervariasi ukuran. Sel konduktivitas yang dirancang terintegrasi dengan rangkaian jembatan wheatstone ini dihubungkan dengan catu daya. Selanjutnya sel konduktivitasnya mendeteksi adanya perubahan resistansi akibat perbedaan konsentrasi sampel air, luas permukaan dan jarak. Resistansi yang terukur pada sel konduktivitas kemudian dikondisikan sinyalnya melalui Port A pada mikrokontroler yang sudah tersedia ADC kemudian nilai tersebut dikonversikan menjadi salinitas dan ditampilkan ke LCD. Untuk Keypad 4x4 mempunyai tugas sebagai input untuk ukuran elektroda yang bervariasi ukuran jarak dan luas permukaan yang akan memudahkan dalam perhitungan.

2.        Perangkat Lunak

Perangkat lunak yang digunakan untuk alat rancangan adalah bahasa C, hal ini dikarenakan pendeklarasiannya lebih mudah dibandingkan dengan bahasa assembler. Selain itu juga bahasa C ini lebih mudah karena bahasa C adalah bahasa tingkat tinggi.

Mikrokontroler berfungsi sebagai pembacaan data dari ADC, pemrosesan data dan menampilkannya pada LCD. Program ini terdiri dari pendefinisian, pendeklarasian variabel-variabel dan fungsi-fungsi yang digunakan, program utama dan program-program fungsi (dalam assembler dikenal sebagai subrutin).

Bab III. Kesimpulan dan Saran
A.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimulkan bahwa:
1.        Sel konduktivitas dengan elektroda Aluminium (Al) memiliki karakteristik dapat mengukur salinitas garam dengan baik.
2.    Salinitas garam dengan massa garam 0,25 gram memiliki kesamaan yang hampir mendekati nilai tersebut adalah dengan jarak 6 mm dan luas permukaan 0,75 cm2. Salinitas garam dengan massa garam 0,5 gram memiliki kesamaan yang hampir mendekati nilai tersebut adalah dengan jarak 8 mm dan luas permukaan 1 cm2. Salinitas garam dengan massa garam 0,75 gram memiliki kesamaan yang hampir mendekati nilai tersebut adalah dengan jarak 8 mm dan luas permukaan 0,75 cm2.

B.       Saran
Untuk peningkatan alat ukur berikutnya disarankan supaya membuat sistem yang dapat diintegrasikan ke komputer sehingga data yang diperoleh dapat dicatat, direkam, dan diolah lebih lanjut.

     
Daftar Referensi
           
Ambardhy, Herman J. 2004. Buku Pegangan Training Budidaya.PT. Central Pertiwi Bahari.TulangBawang.
Aryani, D, Susanto G.S, Sumardi dan Iswadi. 2008. Pengaruh Perubahan Salinitas Terhadap Virulensi White Spot Syndrome Virus (WSSV) Pada Udang Putih Litopenaeus Vannamei. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung. ISBN: 978-979-1165-74. 17-18 November 2008.
Bender, G.T. 1987.Principles Of Chemical Instrumentation. W.B Saunders Company. United Stated of America.
Cooper, W.D. 1999 Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran. Edisi ke 2. Erlangga. Jakarta.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.
Eko Putra, Agfianto. 2010. Mudah Menguasai Pemrograman Mikrokontroler Atmel AVR Menggunakan Bascom-AVR. Kelompok Riset DSP dan Embedded System-ELINS.Yogyakarta.
Halliday, D dan Robert Resnick. 1978. Fisika Jilid 2 Edisi ke 3. Penerjemah: Pantur Silaban dan Erwin Sucipto. Erlangga. Jakarta.
Heryanto, M. Ary dan Wisnu Adi P. 2008. Pemrograman Bahasa C untuk Mikrokontroler ATMEGA 8535.Andi.Yogyakarta.
Kuswandi, B, E Pisesidartha, H Budianto, Maisara dan N Novita. 2001. Pemanfaatan Baterai Bekas Sebagai Elektroda Konduktansi Sederhana, Jurnal Ilmu Dasar, Vol.2 No.1, Hal 34-40.
Lekahena, R. R Hamid. 2010. Efektifitas Eksternal Ethanol Rimpang Kunyit Putih (Curcuma Domestica.vall) dengan Konsentrasi yang Berbeda untuk Pengobatan Saprolegna sp pada Lele Dumbo (Clarias Gariepinus. Skripsi Jurusan Budidaya Perairan. Universitas Lampung. Bandar lampung.